Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 119:89-176; 1 Korintus 8; 1 Samuel 3-4
Ketika bicara karakter, kita seringkali mengaitkannya dengan Yusuf yang terpuji. Ia berintegritas, sabar dan berjiwa besar. Sebuah contoh yang luar biasa. Apakah kita mirip Yusuf? Kalau ya, puji Tuhan. Kalau tidak (atau belum), jangan kecil hati. Mari kita belajar dari ayah Yusuf yaitu Yakub. Saat muda, karakter Yakub bisa dibilang merupakan sebuah tragedi. Ia egois (merebut hak kesulungan kakaknya), penipu (membohongi ayahnya untuk mendapatkan berkat) dan pengecut pula (bukannya menghadapi masalah, ia malah lari ke rumah Laban).
Yakub memang payah, tapi Tuhan tidak lantas angkat tangan dan menganggapnya a hopeless case. Lewat tahun-tahun tak menyenangkan di rumah Laban di mana giliran Yakublah yang terus-menerus ditipu (mulai dari soal pernikahan sampai ternak), Tuhan mengubah Yakub menjadi pribadi yang baru sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika akhirnya pulang ke Kanaan, ia sudah sangat berbeda. Si pengecut sekarang berani menghadapi Esau karena beriman penuh pada Tuhan yang berjanji menjaganya. Keegoisannya pun lenyap, yang ada hanyalah Yakub yang rendah hati dan dapat berkata kepada Esau, "Melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah." (Kejadian 33:10). Benar-benar perubahan 180 derajat.
Mungkin kita menyadari bahwa karakter kita hari ini bukan contoh bersinar seperti Yusuf tapi lebih mendekati skandal Yakub muda. But we are not a hopeless case. Tuhan belum selesai dengan kita. Jika Ia sanggup mengubah karakter segawat Yakub, Ia juga sanggup mengubah kita sampai menjadi pribadi yang sesuai dengan rencana-Nya.
Hanya Tuhan yang dapat menggosok arang menjadi berlian.